Ekspektasi vs Realita
Ada pepatah mengatakan :
“hidup tak selama berputar sesuai dengan keinginanmu”
begitulah kira-kira
bahasanya.
Maksudnya apasih? Menurut aku pribadi maksudnya itu apa yang
kita harapkan enggak selamanya persis dengan kenyataan dan bahkan bisa jauh dari
harapan. Ada yang pernah ngerasain gini enggak ? Aku yakin semua orang pernah
ngalami yang kayak gini. Meskipun dari hal-hal kecil sekalipun. Misalnya, kamu bangun
lebih awal dari biasanya untuk berangkat sekolah,kuliah, ataupun kerja. Terus,
kamu berekspektasi bakalan nyampe tepat waktu ditempat tujuanmu, ternyata pada
kenyataannya ketika dijalan kamu malah kejebak macet yang panjang dan akhirnya
kamu telat sampai ke tempat tujuan. Gimana rasanya ? Kesal kan? Nah itu masik
contoh kecilnya aja. Gimana lagi kalau misalnya terjadi hal yang lebih besar
lagi, pasti rasa kesalnnya pun lebih besar juga.
Kita, sebagai manusiapun hanya bisa berusaha untuk bisa
mencapai kemungkinan yang terbaik. Tapi, itu masih “mungkin” kan? Kita mana
pernah tau kalau usaha yang kita lakukan “pasti” akan baik hasilnya sesuai
dengan apa yang kita harapkan. Allah lah yang berhak menentukan akhirnya.
Seandainya hasil yang kita harapkan ternyata tidak sesuai dengan
kenyataan, gimana sih ngatasi rasa kesal dan kecewanya itu ? Biasanya nih ketika
kita dihadapkan dengan posisi tersebut, cara paling mudah untuk menumpahkan
kekesalan adalah dengan “menyalahkan”. Menyalahkan apa? Apa saja yang menurut
kita menghambat keberhasilan kita tersebut. Sangkin kesalnya, kita sampai lupa
berkaca pada diri sendiri. Ya, memang
kita sebagai manusia enggak bisa dipungkiri suka kesal dan marah karena merasa “itu
tak sepenuhnya kesalahanku” atau “kok dia dapat hasil yang bagus sih, padahal
kayaknya dia nyantai-nyantai aja malah aku yang sibuk”.
Tapi, jangan sampai
hal “menyalahkan” tersebut kita tumpahkan ke orang lain sepenuhnya, kita juga
harus berkaca. Memutar balik apa aja yang uda kita perbuat, kok hasilnya enggak
sesuai harapan. Setelah kita berkaca, aku rasa kita bisa lebih menerima walaupun
mungkin butuh waktu yang sedikit lama.
Menerima sesuatu yang membuat diri kita marah dan kecewa
memang enggak mudah. Tapi coba kita pikirkan lagi, seandainya kita terus larut
dalam amarah tersebut, apakah keadaan akan berubah ? Enggak kan?
Waktu enggak akan pernah terulang. Ia akan terus maju tanpa
perduli apakah manusia siap atau enggak untuk bergerak maju. Dia akan berputar
seperti biasanya. Manusialah yang harus selalu siap dengan putaran tersebut.
Sekali lagi aku katakan, enggak akan pernah mudah untuk
langsung menerima hal yang ngebuat kita marah dan kecewa. Butuh proses untuk
menerima.Tapi, bukankah hal itu bisa sangat bermanfaat untuk diri kita? Apa
itu? Membuat kita bisa lebih dewasa. Bisa lebih belajar bagaimana menghadapi
kenyataan. Bisa lebih tau untuk tidak terlalu berekspektasi tinggi. Bisa
membuat kita belajar untuk menerima.
Sakit ? Memang. Tapi hadapi dan terima!
Tulisan ini aku buat hanya berdasarkan perspektif aku aja,
kalau ada perspektif yang berlawanan biarlah kita sama-sama belajar untuk
memahami manusia.
SEMANGAT! J


Comments
Post a Comment